BAB
1
PENDAHULUAN
1.1
LATAR BELAKANG
Banda Aceh merupakan salah satu kota
yang dilanda bencana alam Tsunami pada desember tahun 2004. Pasca bencana
Tsunami kota Banda Aceh kembali di bangun oleh Pemerintah dan berbagai bantuan
dari luar Mancanegara. Hingga saat ini Banda Aceh telah berkembang pesat dari
berbagai segi,baik segi ekonomi,pendidikan dan pariwisata khususnya Banda Aceh
pun kini menjadi kota objek wisata situs Tsunami.
Pasca bencana Tsunami kunjungan
wisatawan ke kota Banda Aceh. Hingga saat ini cukup menggembirakan, walau tidak
signifikan peningkatannya. Tapi sudah menunjukan trend yang baik.
1.2 TUJUAN
Mengetahui fenomena alam yang terjadi di
Aceh
Memberikan gambaran adanya bencana yang
sangat besar di Aceh
Sejalan dengan tujuan di atas maka diharapkan dapat bermanfaat sebagai
bahan materi pendukung dalam proses pembelajaran mata kuliah ilmu alamiah dasar
di Universitas Gunadarma.
1.3
STUDI PUSTAKA
1.4
ISI MATERI
Tsunami (berasal dari bahasa Jepang,
secara harafiah berarti "ombak besar di pelabuhan") adalah sebuah
ombak yang terjadi setelah sebuah gempa bumi, gempa laut, gunung berapi
meletus, atau hantaman meteor di laut. Tenaga setiap tsunami adalah tetap,
fungsi ketinggiannya dan kelajuannya. Dengan itu, apabila gelombang menghampiri
pantai, ketinggiannya meningkat sementara kelajuannya menurun. Gelombang
tersebut bergerak pada kelajuan tinggi, hampir tidak dapat dirasakan efeknya
oleh kapal laut (misalnya) saat melintasi air dalam, tetapi meningkat kepada
ketinggian 30 meter atau lebih. Tsunami bisa menyebabkan kerusakan erosi dan
korban jiwa pada kawasan pesisir pantai dan kepulauan. Kebanyakan kota di
sekitar Samudra Pasifik, terutama di Jepang tetapi juga di Hawaii, mempunyai
sistem peringatan dan prosedur pengungsian sekiranya tsunami diramalkan akan
terjadi. Tsunami akan diamati oleh pelbagai institusi seismologi sekeliling
dunia dan perkembangannya dipantau melalui satelit. Bukti menunjukkan tidak
mustahil terjadinya megatsunami, yang menyebabkan beberapa pulau tenggelam.
Tsunami dapat terjadi jika terjadi gangguan yang menyebabkan perpindahan
sejumlah besar air, seperti letusan gunung api, gempa bumi, longsor maupun
meteor yang jatuh ke bumi. Namun, 90% tsunami adalah akibat gempa bumi bawah
laut. Dalam rekaman sejarah beberapa tsunami diakibatkan oleh gunung meletus,
misalnya ketika meletusnya Gunung Krakatau. Gerakan vertikal pada kerak bumi,
dapat mengakibatkan dasar laut naik atau turun secara tiba-tiba, yang
mengakibatkan gangguan kesetimbangan air yang berada di atasnya. Hal ini
mengakibatkan terjadinya aliran energi air laut, yang ketika sampai di pantai
menjadi gelombang besar yang mengakibatkan terjadinya tsunami. Gerakan vertikal
ini dapat terjadi pada patahan bumi atau sesar. Gempabumi juga banyak terjadi
di daerah subduksi, dimana lempeng samudera menelusup ke bawah lempeng benua.
Tanah longsor yang terjadi di dasar laut serta runtuhan gunung api juga dapat
mengakibatkan gangguan air laut yang dapat menghasilkan tsunami. Demikian pula
halnya dengan benda kosmis atau meteor yang jatuh dari atas. Jika ukuran meteor
atau longsor ini cukup besar, dapat terjadi megatsunami yang tingginya mencapai
ratusan meter. Perekam tekanan dasar yang menggunakan "buoy" sebagai
alat komunikasinya, dapat digunakan untuk mendeteksi gelombang yang tidak dapat
dilihat oleh pengamat manusia pada laut dalam. Sistem sederhana yang pertama
kali digunakan untuk memberikan peringatan awal akan terjadinya tsunami pernah
dicoba di Hawai pada tahun 1920-an. Kemudian, sistem yang lebih canggih
dikembangkan lagi setelah terjadinya tsunami besar pada tanggal 1 April 1946
dan 23 Mei 1960. Amerika serikat membuat Pasific Tsunami Warning Center pada
tahun 1949, dan menghubungkannya ke jaringan data dan peringatan internasional
pada tahun 1965. Salah satu sistem untuk menyediakan peringatan dini tsunami,
CREST Project, dipasang di pantai Barat Amerika Serikat, Alaska, dan Hawai oleh
USGS, NOAA, dan Pacific Northwest Seismograph Network, serta oleh tiga jaringan
seismik universitas. Sekarang, di Aceh pun telah dipasang alat peringatan dini
tsunami, namun kinerjanya masih dipertanyakan. Karena beberapa hari kemarin,
alarm alat tersebut berbunyi dan mengakibatkan masyarakat Aceh panik. Alarm tersebut
ternyata palsu dan tidak ada tsunami yang akan terjadi. Peristiwa tersebut
terjadi dua kali dan alat tersebut dinyatakan rusak. Hingga kini, sistem
prediksi tsunami masih merupakan ilmu yang tidak sempurna, dalam arti belum
dapat sepenuhnya mendeteksi kejadian tsunami. Episenter dari sebuah gempa bawah
laut dan kemungkinan kejadian tsunami dapat cepat dihitung. Pemodelan tsunami
yang baik telah berhasil memperkitrakan seberapa besar perpindahan massa air
yang terjadi. Walaupun begitu, karena faktor alamiah yang sering tak
termodelkan dan tak terduga, sering terjadi peringatan palsu.
1.5
KESIMPULAN
Tsunami diakibatkan oleh gunung meletus, misalnya
ketika meletusnya Gunung Krakatau. Gerakan vertikal pada kerak bumi, dapat
mengakibatkan dasar laut naik atau turun secara tiba-tiba, yang mengakibatkan
gangguan kesetimbangan air yang berada di atasnya. Hal ini mengakibatkan
terjadinya aliran energi air laut, yang ketika sampai di pantai menjadi
gelombang besar yang mengakibatkan terjadinya tsunami.
Tanah longsor yang terjadi di dasar laut serta runtuhan gunung api juga
dapat mengakibatkan gangguan air laut yang dapat menghasilkan tsunami.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar